Maaf, hanya kata itu yang dapat aku katakan saat ini.
Aku baru sadar, begitu sulitnya untuk memperoleh rezeki yang halal.
Dahulu aku hanya bisa meminta dan menangis ketika pintaku tak kunjung tiba.
Merasa kecewa dan tak adil karena yang lain dapat memilikinya.
Entah apa yang membuatmu tabah dengan sikapku yang seperti itu.
Jika aku sepertimu, mungkin telah kutinggalkan diriku dalam tangis.
Namun untung saja,kamu bukanlah diriku.
Tetap menenangkanku dan membujukku
agar aku dapat membuka pintu kamar dan tak mengunci diri lagi.
Begitu banyak pintaku, begitu banyak juga tanyaku.
Ingin sekali aku mengetahui,
apa yang kamu kerjakan,
apa yang kamu pegang,
bahkan apa yang aku lihat.
Semua aku pertanyakan, dan tak satupun yang kamu abaikan.
Tetap dengan senyum menjawab setiap pertanyaan yang aku lontarkan.
Kini untuk menanyakan kabarmu akupun tak sempat,
bukan, mungkin lebih tepatnya tak berani.
Aku lebih banyak diam dan mengetahui keadaanmu dalam diam.
Mendoakan mu untuk selalu sehat dan kelak merasakan kebahagiaan yang aku buat.
Aku takut membuatmu lebih khawatir terhadap diriku yang jauh darimu.
Menambah beban pikiranmu dan mengganggu waktu tidur nyenyakmu.
Dalam diamku, aku ingin kamu beranggapan aku baik-baik saja dan tak perlu dikhawatirkan.
Aku hanya sedang belajar kesabaranmu, kesabaranmu dalam mengumpulkan rupiah dan
memastikan bahwa hari ini ada makanan yang akan dimakan.
Maafkan bila aku belum menjadi apa yang kamu inginkan.
Aku hanya bisa berharap dapat membahagiakanmu,
Sebelum aku ataupun ia yang tiada.
by. syuhada